Siapa yang mau menjadi anak broken home (ABH)? Saya kira tak ada yang menginginkannya secara suka rela. Karena ABH hidupnya sangat tersiksa sama seperti penyakit kronis lain, bahkan cenderung sangat membahayakan. Karena ABH bisa diejawantahkan dalam berbagai bentuk kerusakan baik pada dirinya maupun lingkungannya.
Mari kita melihat sisi lain ABH dari anak broken home itu sendiri. Ya, saya adalah produk broken. Semoga pembaca budiman kan terbuka pandangannya oleh catatan saya berikut.
Broken home tak melulu karena perceraian, entah cerai hidup (kedua ortu memutuskan hidup berpisah) atau cerai mati (salah satu ortu meninggal). tetapi lebih ke bagaimana sikap kedua ortu/pengasuh memperlakukan anak-anak dan keluarganya.
Jika Anda mengira pernah bertengkar di depan balita tak akan berpengaruh apapun, Anda SALAH BESAR. karena usia balita adalah masa belajar yang sangat tinggi. Ahli psikologi pendidikan kini meneliti bahwa golden age (masa emas perkembangan otak manusia) adalah sejak usia 0 hingga 8 tahun, setelah itu perkembangan otak semakin turun hingga tua dan akhirnya mati. Memang balita tak akan segera bereaksi ketika melihat orang dewasa adu mulut, tapi memori bawah sadarnya jelas merekam apa yang terjadi sampai tiba waktunya semua terungkap.
Apa saja yang dibutuhkan anak dalam pertumbuhan dan perkembangannya?
Berikut saya sertakan teori Kebutuhan Dasar Manusia oleh Abraham Maslow.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization)
4. Kebutuhan akan harga diri (esteem needs)
3. Kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki (love and belonging needs)
2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs)
1. Kebutuhan fisiologis (Physiological)
Saya tak perlu menjelaskan apa saja rincian kebutuhan tiap tahap. Yang jelas kebutuhan beranjak dari bawah (N0.1)lalu merangkak ke tahap atasnya setelah terpenuhi. Namun Maslow menyertakan kebutuhan dasar manusia di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: penyakit, hubungan keluarga, konsep diri, dan tahap perkembangan. Faktor-faktor pengaruh tersebut yang akan menggeser porsi kebutuhan untuk mendahulukan yang mana atau memperbesar yang mana tergantung masing-masing individu.
Nah, sekarang saya tuliskan Teori Pembentukan Sifat/Karakter Anak oleh Dorothy Law Nolte:
- Jika anak dibesarkan dengan celaan, ia belajar memaki.
- Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi.
- Jika anak dibesarkan dengan ketakutan, ia belajar gelisah.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa iba, ia belajar menyesali diri.
- Jika anak dibesarkan dengan olok-olok, ia belajar rendah diri.
- Jika anak dibesarkan dengan iri hati, ia belajar kedengkian.
- Jika anak dibesarkan dengan dipermalukan, ia belajar merasa bersalah.
- Jika anak dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri.
- Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri.
- Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai.
- Jika anak dibesarkan dengan penerimaan, ia belajar mencintai.
- Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi diri.
- Jika anak dibesarkan dengan pengakuan, ia belajar mengenali tujuan.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa berbagi, ia belajar kedermawanan.
- Jika anak dibesarkan dengan kejujuran dan keterbukaan, ia belajar kebenaran dan keadilan.
- Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan.
- Jika anak dibesarkan dengan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
- Jika anak dibesarkan dengan ketentraman, ia belajar berdamai dengan pikiran.
Ada pula ahli pendidikan (maaf saya lupa siapa tokohnya) yang menerapkan pendidikan karakter dengan mengajarkan magic word: terima kasih, maaf, tolong, dan permisi.
Dari ketiga pilar di atas, celah terbentuknya anak broken sudah bisa ditelusuri. Kasus anak broken sangat bervariasi, tapi rata-rata mereka terkumpul pada kondisi kehilangan harga diri, tak ada semangat hidup, pelampiasan dan balas dendam.
Kembali ke topik, bagaimana cara mengetahui seseorang kemungkinan ABH?
- Semua tindakan mencari perhatian dengan cara tak lazim wajib dicurigai sebagai ABH.
- Mereka kerap murung bersedih, diam sendiri enggan menceritakan masalah mereka.
- Atau Anda pernah menjumpai salah satu teman yang selalu ceria, wajahnya tak pernah murah seolah tak pernah ada masalah. Anak broken pintar menyembunyikan kesedihan, mereka bisa memasang wajah bahagia untuk menutupi kepedihan hatinya yang amat sakit.
- Anda mengenal seseorang yang berprestasi, agamis, seolah-olah manusia perfek namun di suatu waktu mendadak gagal ujian bahkan DO atau kesandung masalah yang dirasa jauh dari kehidupannya, sangat mungkin dia menyimpan riwayat brokennya.
- Anda melihat gelagat orang hendak bunuh diri, itu sudah jelas ada yang tak beres dalam hidupnya.
Jadi, bagaimana baiknya bila bertemu anak broken?
Anak broken butuh pengakuan diri. Akuilah kalau mereka manusia sama seperti yang lain punya kelebihan dan kekurangan.
Anak broken butuh perhatian. Tak usah muluk-muluk menunjukkan rasa simpatik pada mereka. Satu sapaan ramah saja bisa menyelamatkan mereka dari bunuh diri.
Anak broken butuh kasih sayang. Coba saja Anda berbagi permen dengan mereka, dalam hati sebenarnya mereka sangat bahagia masih ada orang yang peduli di dunia ini.
Anak broken butuh materi. Tidak dipungkiri mereka yang memilih bertahan hidup tetap memerlukan materi sebagaimana orang lain.
Anak broken membutuhkan rasa aman dan perlindungan.
Dan masih banyak lagi kebutuhan mereka yang tak dapat disebut, karena mereka adalah manusia biasa punya keinginan dan kebutuhan sesuai kodratnya.
Larangan memperlakukan ABH:
Jangan sampai Anda menghina, menertawakan, menyalahkan, membandingkan, atau ucapan apa saja yang menurunkan harga dirinya. Ingat anak broken sudah kehilangan harga diri, maka bila Anda menambah penderitaannya itu justru membuat mereka semakin bersalah. Kalau sudah begitu mereka lebih cenderung mengakhiri hidup sendiri, atau melakukan perusakan lingkungan. Dalam kondisi tak tertahankan mereka bisa nekad membunuh siapa saja yang dianggap musuhnya. Itulah mengapa anak broken lebih berbahaya dari perampok. Mereka lakukan semua itu atas dasar mencari perhatian, mencari pelampiasan demi mempertahankan diri semata.
Anda mencoba memukulnya untuk menegur kesalahan mereka, maka bersiaplah mendapat balasan yang lebih keras bahkan urusan nyawa.
Dunia anak broken serba salah. Mereka kehilangan cinta, hatinya dingin, harapannya tinggal kabut di ujung pagi.
Masih adakah harapan bagi mereka
Masih adakah yang peduli
bersambung....
test
BalasHapusnice article,
BalasHapussaya setuju, dan sebagian apa yang ditulis di atas benar adanya,
setelah membaca artikel tersebut, sekarang saya lenih memahami apa yang teman saya lakukan ketika semasa SMA dulu.
dan saya sendiri juga berasal dari keluarga broken home, masalah minder, imgim diakui, selalu tersenyum untuk menutupi keadaaan, merasa berbeda dibanding yang lain, saya rasa beberapa anak yang memiliki kasus sama juga merasakan hal tersebut.
bahkan ketika dalam posisi ini kami berprestasi pun, masih tetap ada pandangan negatif dan membanding bandingkan, memang seiring pertumbuhan dan usia yang bertambah, ada yang dapat menyadari keadaan sebagai anak broken home,
tapi kadang kala kami juga ingin menerima perlakuan yang layak, bukan spesial, tapi seperti yang ditulis di atas,
dari hal sekecil apapun perhatian yang diberikan akan sangatlah berarti bagi kami.
mungkin bisa dibilang egois dan merasa sebagai pribadi yang paling menderita, tapi kenyataan nya image yang ditimpakan kepada kami, kadang cenderung meremehkan, dan hal tersebut mungkin menciptakan kasus kasus lain yang lebih buruk.
bahkan ketika dewasa sekalipun masalah ini tidak bisa/ susah utuk dihilangkan 100 %.
mungkin sekedar sharing, bahwa bagi kalangan muda yang akan menikah, jika emosi masih labil dan faktor keluarga ekonomi dsb belum terlalu menunjang, maka jangan menikah terlebih dahulu, karena jika terjadi perceraian, kami anak anak yang menjadi korban selain orang tua sendiri.
anak anak anda masih punya masa depan yang panjang, dan tidak ada satupun anak yang ingin dilahirkan di keluaraga yang seperti itu.
jadi hati hatilah memilih pasangan.
dan bagi teman yang broken home, cobalah untuk lebih semangat, dan tunjukkan bahwa anak yang broken home bisa berprestasi. dan bila orang lain mengucapkan hal yang kurang berkenan. usahakan berlaku cuek dan menahan emosi serta tetap sopan.
yang terpernting dekatkan diri dengan Tuhan.
suatu saat setiap penderitaan yang dialami oleh siapapun juga akan mendapatkan imbalan sebgaia ganti, apabila dijalani dengan baik, dan penuh rasa syukur
oiya article ini beda dibanding yang lain, munkin ada yang copas, tapi tidak copas seperti yang lain nya, be diffirent :D thanks for writing this article.
BalasHapusinspiring and give me new perception
Makasih dah berkunjung bro.
BalasHapusMaaf ru smpet blz.
Itu semua karna aku sendiri mengalaminya, jd aku nulis disertai fakta, baik dari diri sendiri maupun pengamatan pd orang lain.
Ga mau jg kan hidup terus2an kek gitu